Sugeng Rawuuh choy,,,,

blog iki mbahas kangge pajenengan seng seneng dateng BUDAYA alias SENI engkang kagungan wonten teng INDONESIA puniki choy,,,,,

Gairah Seni Grafis Indonesia dalam Trienal Seni Grafis Indonesia III 2009

Senin, 08 Februari 2010

Sejauh manakah dinamika perkembangan praktik seni grafis tanah air kita? Anda bisa temukan jawabannya pada pameran Trienal Seni Grafis III 2009 yang diselenggarakan oleh Bentara Budaya 15 – 25 Oktober 2009 di Galeri Bentara Budaya Jakarta.

Hajatan seni tiga tahunan yang telah diadakan sejak 2003 ini merupakan satu-satunya trienal yang secara khusus ditujukan sebagai usaha untuk menata sekaligus melaporkan perkembangan dunia seni grafis di Indonesia. Trienal yang bersifat kompetisi ini juga merupakan pameran besar karya seni grafis dari seniman-seniman dengan berbagai tingkat usia serta generasi. Dengan begitu, ajang ini tidak hanya menjadi representasi dari perkembangan seni grafis mutakhir, tetapi juga sebagai upaya untuk mempopulerkan dan menggairahkan kehidupan seni grafis di tanah air.

Sejak pertama kali diadakan pada tahun 2003, trienal seni grafis terus mengalami peningkatan baik dari segi jumlah peserta hingga tema dan teknik yang digunakan. Trienal yang ke-3 tahun ini menjaring peserta yang lebih banyak dibanding penyelenggaraan sebelumnya, yaitu 166 peserta dengan 309 karya seni grafis. Pada trienal pertama tahun 2003, jumlah peserta sebanyak 126 seniman dengan 236 karya, sementara trienal kedua pada 2006 tercatat 93 seniman dengan 164 karya.

Tidak hanya dari jumlah peserta, apresiasi publik terhadap seni grafis pun semakin meningkat, terlihat dari ratusan pengunjung yang memadati saat pembukaan pameran yang dibuka oleh Ketua Pecinta Seni Indonesia, Hauw Ming, kamis (15/10) malam di Bentara Budaya Jakarta. Selain itu, Direktur Eksekutif Bentara Budaya, Efix mulyadi, juga menilai pencarian teknis maupun pencapaian mutu karya peserta trienal tahun ini cukup memuaskan. Peningkatan ini tentu saja menggembirakan bagi kalangan penggiat dan pemerhati seni grafis di Indonesia, mengingat popularitas seni grafis masih jauh bila disandingkan dengan seni lain, sebut saja seni lukis misalnya.

Tema – Estetik – Teknik

Trienal Seni Grafis kali ini memamerkan 50 karya seni grafis dari 41 finalis yang lolos, setelah melalui proses seleksi yang dijaga secara ketat oleh dewan juri. Penilaian yang agak berbeda dari trienal sebelumnya diterapkan, di mana dewan juri kali ini melonggarkan aspek tema seraya menekankan porsi besar pada aspek teknik, atau seperti dikatakan Ketua Dewan Juri, Aminudin Th. Siregar, “trienal kali ini lebih jauh akan menilai tawaran tematik serta estetik seniman melalui kecakapan teknik cetaknya.” Pilihan ini terbukti tidak salah, berbagai tema seperti tema lingkungan, sosial, kehidupan urban, dihadirkan melalui beragam teknik cetak.

Meski teknik cetak tinggi yang diwakili oleh cukil kayu masih mendominasi karya peserta trienal, terdapat beberapa karya peserta yang menggunakan teknik lain seperti cetak dalam (intaglio), cetak datar (litografi), cetak saring (sablon), monoprint, serta mixmedia. Lebih jauh Aminudin mengatakan, “Dari 303 karya, lebih dari 50 persen karya memanfaatkan teknik cetak tinggi, disusul persentasi teknik cetak dalam lalu berturut-turut persentasi teknik cetak saring (sablon).”

Menurutnya, popularitas teknik cetak tinggi disebabkan selain karena proses yang relatif mudah dibanding teknik teknik cetak lainnya, melalui teknik cetak tinggi, seniman bisa lebih leluasa dalam melakukan eksperimen visual dengan memanfaatkan ukuran plat cetak hingga memunculkan cetakan berlapis melalui penggunaan tinta warna yang beragam. Bahkan, selama tiga kali penyelenggaraan trienal, teknik cetak tinggi selalu meraih penghargaan tertinggi. Meski begitu, kondisi ini bisa disikapi sebagai tantangan bagi seniman yang menempuh jalur teknik cetak lain dalam trienal yang akan datang.

Karya Pemenang

Selayaknya kompetisi, maka seluruh karya peserta diseleksi dan dinilai oleh tim juri untuk kemudian ditetapkan karya mana yang berhak meraih penghargaan tertinggi. Dewan juri diketuai oleh Aminudin Th. Siregar (Dosen Seni Rupa ITB, Kurator) dengan anggota yaitu Efix Mulyadi (Ketua Dewan Kurator Bentara Budaya Jakarta), Enin Supriyanto (Kurator Bentara Budaya), Hendro Wiyanto (kurator), Ipong Purnama Sidhi (Kurator Bentara Budaya), Irwan Julianto (Wartawan dan Kurator Bentara Budaya), serta Putu Fajar Arcana (Wartawan dan Kurator Bentara Budaya).

Karya grafis Winarso Taufiq berjudul “Imaji Tentang Kerusakan Alam” sebanyak lima seri (Banjir Kiriman, Sungai Beracun, Bom Minyak, Banjir Bandang, dan Jalan Gila) dengan teknik cetak dalam ditetapkan sebagai juara pertama. Irwanto Lentho meraih juara kedua dengan karya berjudul “Engraver Family with Their Dog Tracker” dengan teknik cukil kayu. Juara ketiga diraih oleh Anggara Tua Sitompul melalui karyanya berjudul “Cakrakala” juga dengan teknik cukil kayu.

Nama-nama yang sudah cukup dikenal di kalangan seni grafis juga menjadi finalis di ajang ini, seperti Syahrizal Pahlevi (Yogya), Sri Maryanto (Yogya), Haryadi Suadi (Bandung), serta seniman grafis lainnya, yang sebagian besar berasal dari Yogyakarta dan Bandung.

0 komentar:

Posting Komentar