Sugeng Rawuuh choy,,,,

blog iki mbahas kangge pajenengan seng seneng dateng BUDAYA alias SENI engkang kagungan wonten teng INDONESIA puniki choy,,,,,

“Wayang Keroncong Cuk & Cis”, Wajah Baru Teater Modern Indonesia

Senin, 08 Februari 2010


Indonesiaseni.com, Surabaya - Menghadirkan warna baru dalam wajah teater modern Indonesia menjadi spirit bagi kelompok behindtheactors Bandung yang meramu wayang, musik keroncong, akting dan tari sekaligus dalam satu pertunjukan. behindtheactors membawa kreatifitas dan inovasi mereka dalam pementasan “Wayang Keroncong Cuk & Cis”, di Gedung Cak Durasim, Taman Budaya Jawa Timur, Surabaya, Rabu (27/1). Pertunjukan “Wayang Keroncong Cuk & Cis” distrudarai oleh Asep Budiman, berdasarkan cerpen Vincent Mathieu, yang diterjemahkan oleh HB. Jassin.

Cuk dan Cis merupakan pengembangan dari karakter Gerda dan Didi, yang terdapat dalam cerpen karya Vincent Mathieu, penulis Indo-Belanda yang hidup di jaman Hindia Belanda. Cis (Mella Septianti), seorang perempuan yatim piatu yang tubuhnya terperangkap dalam kelumpuhan. Meski pikirannya ramai, namun ruang di hatinya sakit dan kesepian. Cis menikah dengan Stirman tiga Belanda (Hendra Mboth). Saat suaminya ke Belanda, Cis hamil oleh Teddy yang menolak mengawininya. Stirman kemudian harus menghadapi kematian akibat pendarahan otak ketika dirinya ditawan tentara Jepang. Sementara Cuk (Rani Nuraeni) adalah gadis yang berbeda dengan gadis pada umumnya, dengan pemikiran dan karakter yang digambarkan seperti pemburu. Ia tinggal bersama sahabatnya, seorang lelaki bersenapan bernama Man (Hermana HMT). Cuk hidup memburu obsesi dan cintanya terhadap Tuan Barres (Rusli Keleeng), seorang guru musik dan pemain cello yang tinggal di pemakaman. Namun akhirnya Cuk mati di atas tanah rawa dan bunga karang ditemani Man. Perburuan berakhir, karena kematian menangkap mereka, begitu juga nasib yang menimpa Tuan Barres.

Dalang (Dede Candra S), hadir sebagai penunjuk arah dan nyawa dalam alur pementasan. Permainan wayang golek diiringi gerak sepasang penari (Oos Koswara dan Mella Septiyanti), melebur bersama akting dan musik keroncong yang diracik menjadi tampilan audio visual yang memancing penonton untuk menafsirkan makna pementasan. “Hasrat berburu dan membunuh, merupakan benang merah yang tidak putus dari pementasan “Wayang keroncong Cuk & Cis”, tidak hanya memburu cinta, tetapi dalam cerminan keseharian, perburuan tak lepas dalam keseharian hidup manusia,” Ucap Asep Budiman, yang akrab disapa asbud ini.

Sebuah pementasan teater dikatakan memiliki tendensi bentuk baru, jika tidak saja memiliki sesuatu yang berbeda dibanding karya sebelumnya, tetapi juga memiliki nilai khas untuk ditampilkan di ruang publik. behindtheactors menggeluti naskah selama satu tahun tiga bulan untuk persiapan pementasan, hingga mampu melahirkan kembali naskah karya Vincent Mathieu ini ke dalam sebuah pementasan. “Konsep kolaborasi antara wayang sebagai teater rakyat yang mendunia, diberi bumbu segar dengan paduan keroncong sebagai musik yang eksklusif, sedangkan pemilihan naskah dari cerpen penulis Indo-Belanda, Vincent Mathieu, bertujuan untuk memperkenalkan kembali Vincent yang hidup di masa Hindia-Belanda dan peduli kepada nasib bangsa Indonesia, sekalipun melakukan perlawanan terhadap bangsa-nya sendiri. Secara keseluruhan, pementasan ini bertujuan sebagai daya tarik dan menuangkan garapan teater dengan sesuatu yang berbeda, selain itu, kami ingin menghadirkan masa lalu menjadi masa kekinian dalam perwajahan teater modern Indonesia,” Jelas Asbud.

Rosul Hidayatulloh sebagai penata musik mengungkapkan hal yang senada mengenai keterlibatannya dalam kolaborasi ini. “Spirit kesenian khususnya tradisi adalah tidak untuk dikotak-kotakkan, yang terpenting adalah nilai lokal dengan kebersamaan dan pengembangan nilai lokal budaya dengan nilai kearifan lokal,” terangnya.

Menyoal tentang teater modern Indonesia, behindtheactors yakin dalam 10 tahun mendatang teater modern di Indonesia akan semakin jelas jika mulai sekarang kita menyadari keberadaan teater kita dalam konteks akar tradisi, dengan upaya membaca dan mengembangkan, salah satunya media wayang sebagai kesenian rakyat Indonesia asli.

0 komentar:

Posting Komentar